Laman

Jumat, 23 November 2012

War Remnants Museum, Reunification Palace and Katedral Notre Dame

 Oke, hari keempat di Ho Chi Minh saatnya city tour. Sekitar jam setengah 9 pagi kita dijemput sama Chi, tour guide. Sekitar setengah jam kita nunggu di bis warna kuning, Chi keliling ke hotel-hotel untuk jemputin peserta yang lain. Agak ngaret juga sih sebenernya, semalem di bilanginnya kita kudu siap jam 8 pagi tapi city tour baru mulai jam 9-an. Kunjungan pertama ke War Remnants Museum, semacam museum Pusat Sejarah TNI yang ada di Cawang itu loh. Kalo biasanya parkiran diisi sama mobil atau motor, di museum ini parkiran dipenuhin sama pesawat dan tank baja punya tentara AS yang merupakan sisa perang vietnam.  
Disini kita dikasi waktu selama 1 jam untuk menjelajah museumnya. Hampir sama kayak di museum sejarah lainnya, per-ruangan menceritakan senjata yang dipake dan kesedihan akibat perang dalam "cerita bergambar" alias foto-foto korban kekejaman perang saat itu, mulai dari anak-anak sampe orang tua yang harus kehilangan anggota keluarga atau bahkan anggota badannya, ada yang kena cairan kimia, serpihan bom, peluru atau ranjau darat. Walopun itu bukan negara sendiri tapi gw juga kebawa merinding dan "nyeeees" ngeliatnya, semoga 
korban perang dimana pun berada beristirahat dengan tenang, amin. Puas menjelajah Vietnam jaman baheula, lanjut ke Reunification Palace alias istana dan tempat tinggal Raja Vietnam. Terdiri dari 6 lantai, mulai dari ruang bawah tanah yang digunakan sebagai ruang perlindungan dari serangan bom, kita juga diajak menelusuri lorong-lorong bawah tanah yang dipake selama perang. At the roof top there are helipad and dancing room nya. Don't forget to take photo because it's one of the best views of Saigon that you will get. Biasanya untuk menjamu tamu atau meeting dilakukan di lantai 1 dan 2. Ada juga ruang tak-tik alias tempat diskusi Raja dan jendral-jendral buat nyusun strategi perang, di ruangan ini dindingnya penuh ditempel dengan peta Vietnam. Untuk santainya juga disini ada theather alias bioskop dan biliar. Oh ya, dekorasi, perabotan, kristal dan hiasan dindingnya kereeeen bgt, feel like back in time to the 1960's and 1970's.

Kaki rasanya uda cenat-cenut tapi masih kudu ke Katedral Notre Dame di pusat kota dan Kantor Pos Ho Chi Minh untuk nikmatiin bangunan peninggalan Prancis. Bangunan-bangunan lama ala arsitektur Eropa terpelihara sangat baik. Katedral Notre Dame terbuat dari bata merah yang berdiri kokoh di tengah-tengah taman dan jalanan HCM. Di depan Katedralnya ada taman dan patung bunda maria, disini kita juga bisa main sama kawanan burung merpati, dideketin/gerak dikit weeeerrr mereka langsung terbang kesana kesini. 


Sepanjang city tour, Chi si tour guide banyak cerita, hampir ada kemiripan cerita sosial antara di Indonesia dan Vietnam. Di Vietnam people can't living together without wedding, bahkan for a man wedding is a precious moment in their life. Mereka bisa gila-gilaan ngeluarin budget untuk mewujudkan hari bahagia seumur hidup itu. Pantesan sepanjang jalan banyak toko atau butik bridel, kata gw dalem hati. When you got 25 years old and not yet married is a big problem for a man. Terus juga Chi cerita kalo young boy ga ngerokok sama dengan you are a gay! Hampir mirip kayak abegeh jaman sekarang yang suka diledekin "cemen" sama temen-temennya kalo ga ikutan ngerokok juga. Di tengah padetnya traffic di HCM, Chi lanjutin cerita kalo sekarang lagi ada juga perubahan budaya di kaum muda, kalau mereka makan di restoran atau cafe menandakan status sosial mereka sebagai yang ber-uang, jadi sekarang mereka mulai berhenti masak dan makan dirumah tapi lebih memilih ke restoran. 


Setelah asik jalan-jalan dan belajar sejarah Vietnam, it's time for shopping. Yak, kita ke Pasar Ben Thanh. Kalau mau cari souvenir khas Vietnam silahkan mengunjungi pasar malam ini, mulai dari kaos, kopi dan dompet-dompet lucu semua ada disini. Nah.. Pedagang disini rata-rata orang melayu jadi bisa dan ngerti bahasa Indonesia, kalau misalkan mau ngobrol sama temen tentang barang atau harga aku mensiasatinya ngomong pake bahasa sunda atau ala abegeh kayak "mehong tau" dan pelan-pelan ninggalin kiosnya. Pengalaman dari kios pertama yang kita kunjungin yaitu jualan koper-koper, kalau misalkan lebih murah dari di Jakarta dan modelnya lucu rencananya kita memang mau beli, akhirnya gw tanya lah ke si Mbak penjualnya karena setelah dihitung harganya jauh lebih mahal di Ben Thanh ga jadi lah kita belinya, ga berapa lama si Mbak kayaknya kesel dan kita pun kena damprat (kalo diliat dari nada suara dan muka keselnya sambil ngeliatin kita).



Total expenses :
Lunch : VND 315,000
Ticket Reunion Palace : VND 225,000
Dinner : VND 280,000
Dinner II : VND 275,000
Hotel  : $204.00

*PS : ini itungannya untuk 5 orang ya, dibagi 5 aj per-itemnya  

Tips:
Hati-hati ya dengan tas, kamera dan barang yg lo bawa pas jalan-jalan, berkali-kali diingetin kalo disana lagi marak "copet sepeda motor", hampir sama kayak di Indo, pas lo lengah tiba-tiba barang bawaan lo bakal ditarik atau diambil sama penggendara motor trus wuuuus kabur.